Bismillah Pictures, Images and Photos

Jumat, 12 Agustus 2011

Hati dan Apel

Kita ini satu kumpulan dalam sebuah ekosistem bernama dunia. Pun kumpulan itu kemudian terbagi-bagi dalam kumpulan selanjutnya bertajuk negara. Negara itu selanjutnya, demi kemudahan untuk mengatur semuanya. Dibentuklah bagian-bagian kecil di dalamnya.
Kita mengenal kumpulan-kumpulan kecil dalam kehidupan kita. Bertetangga, lingkungan kerja, sekolah dan lainnya pula. Di tengah-tengah kumpulan itu pun satu sama lain saling menjalin hubungan. Baik itu pertemanan, persahabatan, atau yang lebih dekat lagi, ialah persaudaraan. Meskipun darah tak menjalinkan hubungan kita. Namun, seringkali hubungan-hubungan itu begitu kentalnya, hingga entah mengapa, bisa mengalahkan kekentalan tetesan darah.
Apalah yang kita harapkan dari sebuah hubungan kawan..? Tentu ketulusan adalah satu hal spesifik yang kita tuntut dari siapa yang kita sayang, sekaligus nampak dalam pikiran kita, bahwa ia pun menyayangi kita. Bisa jadi, ada di antara kita yang merasa telah sepenuh hati berusaha membuktikan ketulusan itu dengan tindakan, sikap dan kata-kata kepada siapa yang dicintainya sebagai apapun dalam hidupnya. Sehingga ia merasa sudah sepantasnya mendapatkan perlakuan yang sama sebagai balasan dari yang dicintainya itu. Mungkin.. Kebanyakan kita merasakan hal yang sama. Betapa senang dan bahagianya, jika harapan kita itu wujud dan memang dihadirkan dengan kesungguhan yang sama dari orang yang kita cintai. Tentu itu rasa yang luar biasa.
Betapa berharganya sebuah cinta yang melingkupi hubungan pertemanan, persahabatan dan persaudaraan. Menyejukkan setiap hati yang bernaung di bawahnya. Melembutkan jiwa setiap insan yang berasik-asik di dalamnya. Kemudian pribadinya membening dengan kesetiaan yang teraplikasi nyata dalam seluruh gerak-gerik dan perilakunya terhadap siapa yang dicintainya itu. Perhatian, pemakluman, teguran penuh cinta, mengingatkan dengan sayang, dan memberitahu sepenuh sayang. Maka hati kita kala itu, adalah sebuah kristal jernih yang seketika ada debu, sekejap kemudian, telah hilang oleh kesucian cinta kasih dan sayang.
Tetapi, kemanusiaan kita ini. Kadang merupakan jiwa-jiwa pelupa. Sesekali, hatinya goyah oleh setitik kerapuhan yang tumbuh seiring ketangguhan akal yang Allaah karuniakan. Bahkan insting kita sangat peka menangkap ‘ketidakbenaran’ nun jauh di depan sana, sekalipun itu terjadi dalam satu ruang bernama ‘rahasia’. Kemudian betapa, rasa penasaran, untuk menemukan kebenaran yang kita inginkan, kemudian menghalangi kita dari sebuah sifat para orang shalih yang seringkali kita dengar. Apa itu.. Husnudzan, bersangka baik. Seketika kesungguhan kita untuk mencintai, terkalahkan oleh keinginan menemukan ‘cela’ pada saudara kita. Bahkan kita melakukan itu di belakang, layaknya seorang keji yang menikam mangsanya dengan sikap pengecut.
Tak banyak yang mampu menikam jika bukan karena sedikit rasa ‘tidak suka’ yang ada dalam dadanya. Sesungguhnya hati itu sedang sakit karena rasa tidak sukanya. Kemudian ketika ia berusaha mencari titik kesalahan pada diri yang tidak disukanya itu. Sesungguhnya pula ia sedang memperparah sakitnya. Seperti sebuah luka yang kemudian disiramkan padanya air keras. Ia menambahkan nyeri yang perih pada hatinya.
Jika hati itu buah apel. Buah apelnya telah berisi ulat. Ketika tumbuh prasangka tidak baik pada hatinya, maka ulat itu mulai menggerogoti apel sedikit demi sedikit. Kemudian hati itu menggerakkan pikir dan raganya untuk mengorek-ngorek kesalahan yang ada dalam sangkaannya. Maka ulat-pun telah menghabiskan apel. Hingga hati itu gelap, tertutup benci pada seseorang yang mungkin awalnya kita sayang atau kita hormati.

Sekali lagi.. Jiwa kita memang jiwa yang pelupa. Sedangkan janji dan jaminan surga, telah diberikan kepada seorang shahabat pada zaman Rasuulullaah Muhammad, yang tak pernah menjadi khalifah. Namun, ia kan berada di surga bersama ‘Ali, Abu Bakar, Ustman dan Umar. Jaminan surga yang dimaklumatkan oleh Rasuulullaah dalam satu waktu shalat. Jaminan surga, yang kemudian diceritakan dalam shirah, didapatkannya karena membersihkan hatinya dari prasangka kepada semua orang yang ditemui dari pagi hingga malam hati. Sehingga kebencian tidak tumbuh dalam hatinya.
Jaminan surga itu, memang sebuah bintang terang yang berada di ujung impian kita. Namun, adakah apel yang keropos dimakan ulat, akan sampai di rak makanan di supermarket terbaik..??
Hiks.. Duhai hati.. Jadilah apel yang segar. Singkirkan ulat dari celah-celah kulit dan dagingmu.


adapted from :http://putrigobel.com/hati-dan-apel.html#more-540

Tidak ada komentar:

Posting Komentar